Awas! Media Sosial Kabarkan Berita Hoax Kasus Penculikan Anak
Berita hoax atau tidak benar kian santer akhir-akhir ini. Media sosial
menjadi sarana yang begitu kuat mengantarkan berita tidak benar ini. Salah
siapa berita tak bertuan tersebut bersemedi di relung hati orang-orang yang
mudah percaya? Kembali ke konteks siapa yang membagikan dan siapa yang menulis
berita tersebut. Orang yang menulis dan membagikan informasi yang akan
dipercaya orang lain di satu sisi mendapat keuntungan berupa klik iklan di blog
(website yang memuat berita). Di sisi lain untuk menaikkan pamor agar dikenal
orang sebelum melakukan “sesuatu” yang berbeda di kemudian hari.
Satu berita hoax yang kini begitu meresahkan adalah penculikan anak.
Satu sisi, kasus ini barangkali benar terjadi namun karena media yang
membombardir isu ini menjadi kuat dan dipercaya sehingga orang tua menjadi
cemas, anak-anak bahkan takut ke sekolah. Kondisi lingkungan yang aman kemudian
menjadi mencekam, ditambah lagi foto-foto yang belum benar keabsahannya
diposting ke media sosial dan “dianggap” – lagi-lagi – sebagai pembenaran atas
kejadian serupa. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh orang tua dalam menyikapi
masalah ini – isu hoax yang meresahkan?

1.
Awasi
informasi yang beredar di media sosial, tentang kebenaran dan keabsahan dari
mana pun informasi itu berada. Media sosial yang mudah terkontaminasi oleh
isu-isu sensitif tanpa pandang bulu langsung membagikan informasi tersebut
tanpa mau benar atau tidak.
2.
Media
sosial menjadi sarana yang mudah memanipulasi informasi yang benar dengan yang
tidak benar. Informasi yang dibagikan tanpa ditelusuri kebenarannya langsung
menjadi benar di mata masyarakat karena pembenaran tersebut berasal dari
ketakutan.
3.
Jangan
mudah percaya dengan informasi yang belum akurat dari media sosial, kecuali ada
pembenaran dari media massa yang menginformasikan secara benar. Media massa
yang memiliki redaktur dan terpercaya tidak mudah menayangkan informasi hoax,
walaupun sebagian dari media ini ada yang melakukannya.
4.
Awasi
anak-anak dari jangkauan media sosial yang mempengaruhi pola pikir mereka. Kerugiannya
tentu saja anak-anak tidak mau sekolah maupun takut berinteraksi dengan
lingkungan.
5.
Orang
tua harus membatasi diri dalam mempercayai isu-isu dengan tidak menakuti anak.
Orang tua sejatinya melindungi anak dan merahasiakan informasi dari anak agar
mereka tidak terbawa arus. Solusinya tentu saja orang tua menjaga anak dengan
baik dalam pergaulan maupun aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari.
Hoax yang kian marak tidak hanya tentang penculikan anak saja. Namun
beragam hoax yang muncul akibat kelalaian kita terhadap dunia nyata. Maka, ada
baiknya kita harus menyeleksi semua informasi yang tersebar di media sosial
agar tidak tertipu di kemudian hari.