PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL
CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL), PENDEKATAN CTL, PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL), PENGERTIAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL), JENIS-JENIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL), KELEBIHAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL), KEKURANGAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL), KEUNGGULAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL), MANFAAT PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL), PENERAPAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
Contextual Teaching
and Learning (CTL) atau pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. (Wina Sanjaya, 2006: 109).
Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) mempunyai tiga faktor penting dalam rangka
menjalankan pembelajaran dengan baik. Ketiga faktor tersebut adalah:
Menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks pendekatan kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Pendekatan kontekstual
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional
akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Pendekatan kontekstual
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya pendekatan
kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks
pendekatan kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan
tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Ketiga faktor tersebut
mempunyai peranan penting dalam melibatkan siswa aktif dan menghadiran dunia
nyata dalam diri siswa selam pembelajaran berlangsung. Selain faktor-faktor
pendukung terlaksanakanya pendekatan kontektual dengan efektif, untuk mencapai
kompetensi yang sama dengan menggunakan pendekatan kontekstual guru setidaknya
melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan benar. Adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan kontektual adalah sebagai berikut:
PENDAHULUAN
Guru menjelaskan
kompetensi yang hams dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan
pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
Guru menjelaskan
prosedur pembelajaran kontekstual.
Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 mengobservasi
kegiatan A, dan kelompok 3 dan 4 mengobservasi kegiatan B.
Melalui observasi
siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan pada masing-masing
kegiatan tersebut.
Guru melakukan tanya
jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
KEGIATAN INTI
Siswa melakukan
observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
Siswa mencatat hal-hal
yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan
sebelumnya.
Siswa mendiskusikan
hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Siswa melaporkan hasil
diskusi.
Setiap kelompok
mynjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
PENUTUP
Dengan bantuan guru
siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah demokrasi sesuai dengan
indikator hasil belajar yang harus dicapai.
Guru menugaskan siswa
untuk membuat rangkuman tentang pengalaman belajar mereka dengan materi
demokrasi.
Dengan demikian
pembelajaran yang berlangsung dengan pendekatan kontekstual adalah untuk
mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, siswa harus mengalami langsung dalam
kehidupan nyata di masyarakat. Ruang belajar bukanlah tempat untuk mencatat
atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling
berbagi ilmu yang didapat diluar ruang belajar.
KERANGKA BERPIKIR
Pendekatan kontektual
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menghadirkan dunia nyata pada
siswa. Pendekatan kontektual mengharuskan siswa mengalami sendiri materi yang
diajarkan, kemudian baru memahami dengan benar materi tersebut.
Pendekatan kontektual
diharapkan dapat diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal
ini karena akan menjadikan siswa memahami dengan benar keadaan yang sebenarnya
tidak hanya terfokus pada materi di buku ajar dan apa yang disampaikan guru
selama proses belajar mengajar. Selain itu materi Budaya Demokrasi Menuju
Masyarakat Madani memang mengharapkan siswa untuk langsung mengalami sendiri
agar bisa membedakan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan
perubahan tingkah laku. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat
progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak
mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek
pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek
psikomotorik (psychomotoric domain). (Mulyasa, 2003).
Slameto (1998:2)
mengemukakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.
Selanjutnya UNESCO
dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar. Keempat pilar
belajar tersebut adalah sebagai berikut:
Learning to know,
yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan
pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
Learning to do, adalah
pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan controlling,
monitoring, maintening, designing, organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu
dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis,
melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain
serta mengelola dan mengatasi konflik.
Learning to live
together, adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang
berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
Learning to be adalah
keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan
keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut
ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu
pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan
toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan
menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu
mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan
emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten,
yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
HASIL BELAJAR
Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau
yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk
pelajaran.
Hasil belajar seperti
yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari
(1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil
belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan
hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.
Nasution (1972:45)
berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa berdasarkan hasil dari
pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik.
Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan
adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui
kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh
guru.
Dari hasil evaluasi
ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai
yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif
sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap
menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar
siswa merupakan masalah utama karena siswa yang diharapkan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran yang diprogramkan di dalam kurikulum.
Dengan demikian hasil
belajar merupakan segala sesuatu yang di dapat siswa setelah melalui proses
pembelajaran. Hasil belajar tidak hanya nilai yang tercantum dalam raport
melainkan juga semua yang terlihat pada diri siswa termasuk perubahan tingkah
laku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Siswa yang mengalami perubahan tingkah
laku maka capaianya terhadap pembelajaran adalah baik, sedangkan siswa yang
perilaku tidak berubah maka capaiannya bisa dianggap tidak diamalkan walau
nilai raport tinggi.
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
Menurut Seels and
Richey (1994 : 32) pendekatan pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi
dan mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran.
Snelbecker (1982 : 115) mengemukakan pendekatan pembelajaran adalah suatu cara
yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan
memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga diharapkan guru
dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa harus
diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran, artinya guru harus
mampu memahami bahwa di antara siswa terdapat perbedaan-perbedaan
karakteristik. Hal itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan
orang tua yang berbeda, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran terdapat
perbedaan pula.
Dengan memahami
perbedaan karakteristik siswa, dalam proses pembelajaran, oleh guru dapat
menentukan dan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai, guru dapat
memberikan suatu perlakuan, dan penilaian, serta keputusan yang tepat kepada
siswa, sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan diperhatikan dalam proses
pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas
beberapa komponen seperti siswa, guru, dan pendekatan, serta materi
pembelajaran yang saling berinteraksi datam mencapai tujuan. Dalam menyajikan
materi pembelajaran guru perlu menentukan dan memilih pendekatan pembelajaran
yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendekatan pembelajaran
yang tepat adalah pendekatan yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.
Menurut Muhibbin Syah
(1995 : 190) pendekatan pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik pendekatan
pembelajaran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan
lebih dahulu apakah suatu pendekatan pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan
yang bersumber dari beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah
tujuan yang akan dicapai. Pendekatan pembelajaran di dalam kelas selain faktor
tujuan, juga faktor murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan
efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.
Menurut Wasty Soemanto
(1998 : 102) pendekatan pembelajaran merupakan salah satu cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan siswa pada saat
berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan pendekatan pembelajaran
sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Dengan pendekatan
pembelajaran diharapkan terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini
guru harus dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi.
DOWNLOAD JUGA RPP
KURIKULUM 2013 DAN SILABUS KURIKULUM 2013