PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM LENGKAP DAN DISESUAIKAN DENGAN PENDAPAT AHLI
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM LENGKAP DAN DISESUAIKAN DENGAN PENDAPAT AHLI,
SKRIPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TEORI, TEORI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM.
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani, rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama
menurut ketentuan dalam Islam.[1] Berdasarkan pengertian
tersebut Pendidikan Islam mempunyai dua arti, secara etimologi Pendidikan Islam
berasal dari bahasa Arab, yaitu "Tarbiyah Islamiyah". Pendidikan
Islam mempunyai arti sebagai berikut :
Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar
ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[2]
Pendidikan Islam memiliki sumber dari nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang
dicita-citakan. Karena dasar adalah fondasi/landasan berpijak agar tegaknya
sesuatu tersebut menjadi kokoh. Dasar Pendidikan Agama Islam yaitu Al-Qur’an
dan Hadits. Al-Qur’an merupakan sumber kebenaran dalam Islam, yang mana
kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan Hadits berdasarkan dari Rasulullah
SAW., dijadikan landasan Pendidikan Agama Islam berupa perkataan, perbuatan
atau pengaturan Beliau.[3]
Artinya: Niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati
Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
(Q.S.Al-Ahzab:71).
Ayat tersebut tegas sekali mengatakan, bahwa
apabila manusia telah mengatur seluruh aspek kehidupannya (termasuk
pendidikannya) dengan kitab Allah SWT. dan sunnah Rasul-Nya, maka akan
bahagialah hidupnya di dunia dan akhirat.
Sunnah dalam arti etimologi adalah prilaku
kehidupan (sirah) yang baik dan buruk, atau suatu jalan yang ditempuh. Sedang
kalau menurut terminologi sunnah adalah
segala sesuatu yang dinukil dari Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan,
penetapan atau selain itu.[4]
Ahmad Marimba mengemukakan bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar pendidikan terhadap
pengembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama
(insan kamil)[5]. Sedangkan Ahmad tafsir
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberi oleh seseorang
(peserta didik) agar ia berkembang secara dengan ajaran islam[6].
Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu
sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.
Agama Islam adalah agama universal yang
mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik
kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran
Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena
dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan
terarah
Selama ini buku-buku ilmu pendidikan Islam
telah memperkenalkan paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan
Islam yaitu, al-tarbiyah, al-ta’lim dan al ta’dib. Jika
ditelusuri ayat-ayat al-Quran dan matan as-Sunah secara mendalam dan
komperhensif sesungguhnya selain tiga kata tersebut masih terdapat kata-kata
lain tersebut, yaitu al-tazkiyah, al-muwa’idzah, al-tafaqqu, al-tilawah,
al-tahzib, al-irsyad, al-tafakkur, al-ta’aqqul dan al-tadabbur. Deskripsi
selengkapnya terhadap kata-kata tersebut dapat dikemukakan sebagi berikut:
Al-Tarbiyah
Kata al-tarbiyah berasal dari
“kata rabba atau rabaa di dalam al-Quran disebutkan lebih
dari delapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan seluruhnya dengan Allah,
yaitu terkadang dihubungkan dengan alam jagat raya (bumi, langit, bulan,
bintang, matahari, tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, laut dan sebagainya),
dengan manusia seperti pada kata rabbuna(Tuhan kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan
mereka semua), rabbiy (Tuhan-ku).”[7] Karena demikian
lausnya pengertian al-tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar
pendidikan, seperti Al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan
lainnya yang menggunakan kata al-tarbiyah dengan arti pendidikan.
Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata
tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya
sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat
dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan
potensial, seperti akal, pancaindera, hati nurani, insting, dan fitrah yang
memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial di atas itu hanya
manusia. Untuk itu Al-Attas lebih memilih kata al-ta’dib untuk arti
pendidikan, dan bukan kata al-tarbiyah.
Al-Ta’lim
Kata ta’lim dihubngkan dengan
mengajarkan ilmu kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut
akan mendapatkan pahala dari Tuhan. Kata al-ta’lim dalam arti
pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan banyak digunakan untuk
kegiatan pendidikan yang bersifat nonformal, sepeti majelis taklim. Kata al-ta’lim
dalam pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang paling dahulu digunakan
daripada kata al-tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengajaran pertama
kali dilakukan oleh Nabi Muhammad di rumah Al-Aqram di Makkah, dapat juga
disebut majelis al-ta’lim.[8]
Al-Ta’dib
Kata al-ta’dib berasal dari
kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat berarti pendidikan, disiplin,
peringatan atau hukuman. Kata al-ta’dib berasal dari kata adab yang
berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral
dan etika. Kata al-ta’dib dalam arti pendidikan sebagaimana
disinggung di atas, ialah kata yang dipilih oleh Al-Attas.[9]
Dalam hubungan ini ia mengartikan al-ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan
yang secara berangssur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tenpat
yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing
kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
Al-Tahdzib
Kata al-tahdzib secara harfiah
berarti pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang
buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula
beradab sopan.[10] Dari berbagai
pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan kata al-tahzib terkait
dengan perbaikan mental sepiritual, moral dan akhlak, yaitu memperbaiki mental
seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan
dengan ajaran atau norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan
terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar manjadi akhlak
mulia. Berbagai kegiatan tersebut termasuk dalam bidang kegiatan pendidikan.
Itulah sebabnya, kata al-tahzib juga berati pendidikan.
Al-Wa’dz atau Al-Mau’idzah
Al-wa’dz berasal dari “kata wa’aza yang
berarti mengajar, kata hati, suara hati, hati nurani, memperingatkan atau
mengingatkan, mendesak), dan memperingatkan.[11] Terdapat
6 inti al-wa’dz atau al-mau’idzah adalah pendidikan
dengan cara memberikan penyandaran dan pencerahan batin, agar timbul kesadaran
untuk berubah menjadi orang yang baik.
Al-Riyadhah
Dalam pendidikan, kata al-riyadhah diartikan
mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia. Di dalam Al-Quran maupun as-Sunah
kata al-riyadhah secara eksplisit tidak dijumpai, namun inti dan
hakikat al-riyadhah dalam arti mendidik atau melatih mental spiritual
agar senantiasa mematuhi ajaran Allah amat banyak dijumpai.[12]
Al-Tazkiyah
Al-tazkiyah berasal dari kata zakka,
yuzakki, tazkiyatan yang berarti pemurnian, kesucian, pengumuman atau
pernyataan, pengesahan atau kesaksian dan catatan yang dapat dipercaya dan dihormati.[13]
Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-tazkiyah ternyata
juga digunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual
dan akhlak mulia.
Al-Talqin
Kata talqin juga digunakan untuk
arti pengajaran. Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-talqin ternyata
digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran yang diberlakukan tidak
hanya kepada orang yang masih hidup melainkan kepada orang sudah meninggal.[14]
Al-Tadris
Kata al-tadris juga berarti baqa’
atsaruha wa baqa al-atsar yaqtadli inmihauhu fi nafsihi, yang artinya sesuatu
yang pengaruhnya membekas dan sesuatu yang pengaruhnya membekas menghendaki
adanya perubahan pada diri seseorang. Intinya kata al-tadris berarti
pengajaran, yakni, menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang
selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.[15]
Al-Tafaqquh
Kata al-tafaqquh berasal dari
kata tafaqqaha yatafaqqohu tafaqquhan yang berarti mengerti dan memahami.
Selanjutnya Ar-Raghib al-Asfaniy mengartikan kata tafaqquh sebagain
berikut: menghubungkan pengetahuan yang abstrak dengan ilmu yang konkret,
sehingga menjadi ilmu yang khusus.[16]
Dari kata al-tafaqquh muncul kata al-fiqh yang selanjutnya
menjadi sebuah nama bagi ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariah yang
disandarkan pada dalil-dalil terperinci. Kata al-tafaqquh selanjutnya
lebih digunakan untuk menunjukan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu
agama Islam.
Al-Irsyad
Kata al-irsyad dapat mengandung arti
yang berhubungan dengan pengajaran dan pendidikan yaitu bimbingan, pengarahan,
pemberitahuan, nasihat, dan bimbingan sepiritual. Dengan demikian kata al-irsyad layak
dipertimbangkan untuk dimasukan dalam arti kata pendidikan dan pengajaran.[17]
Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memiliki tujuan yang jelas
seperti yang terdapat dalam al-Quran. Tujuan pendidikan Islam tersebut dapat
dikategorikan dalam dua bagian, keduanya dapat dijabarkan sebagai berikut ini :
Tujuan Sementara
Tujuan sementara merupakan sasaran sementara
yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan agama. Tujuan
sementara yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah,
pengetahuan membaca, menulis, pegetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan,
keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.[18]
Pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan peserta didik tentang ajaran agama Islam.[19]
Sedangkan Athiyah, dalam Abidin Ibnu Rusn menyimpulkan
bahwa:
Membantu pembentukan akhlak yang mulia
Mempersiapkan untuk kehidupan dunia akhirat
Membentuk pribadi yang utuh sehat jasmani dan
rohani
Menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan
murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri
Menyiapkan murid agar mempunyai profesi
tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas mulia dengan baik, atau persiapan
untuk mencari rizki.[20]
Berbeda dengan Zakiah Daradjat yang
menjelaskan tujuan Pendidikan Agama Islam meliputi berbagai aspek kemanusiaan
yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.[21]
Dari beberapa pendapat di atas tujuan
sementara merupakan segala sesuatu yang ingin dicapai oleh umat Islam dalam
menjalankan pendidikan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat saat masih
hidup di dunia.
Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung seumur hidup,
maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini. Ketika masih hidup
di dunia, apa yang pernah didapat dari pendidikan Islam menyangkut keimanan,
tingkah laku, pemikiran, dan lainnya masih mengalami fluktuasi.
Tujuan akhir adalah meninggalkan alam ini
dalam keadaan bertakwa kepada Allah. Meninggal dalam keadaan berserah diri
kepada Allah sebagai muslim yang merupakan menjunjung agama-Nya merupakan suatu
kenikmatan dunia dan akhirat. Sesungguhnya kematian seperti ini akan
mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya di akhirat kelak. Maka, tujuan akhir
ini sepatutnya menjadi acuan setiap muslim untuk meraih keridhaan Allah.
Pendidikan bukanlah sekedar pengajaran, yang
dapat diartikan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, tetapi lebih sebagai
upaya tranformasi nilai-nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
tukang-tukang atau spesialis yang terkurung dalam spesialisnya yang sempit, dan
lebih bersifat teknis.
Berbicara masalah tujuan pendidikan, dalam hal
ini pendidikan Islam tentu akan melibatkan banyak referensi dan pengalaman
mengabdi dalam dunia pendidikan. Bagian ini juga akan menerangkan sekilas
tujuan pendidikan Islam kontemporer yang berkembang saat ini. Allah menciptakan
alam ini dengan tujuan yang jelas, dan manusia diciptakan dimuka bumi ini untuk
menjadikan khalifah dengan jalan keta’atan kepada-Nya. Untuk mewujudkan tujuan
itu Allah memberikan hidayah serta berbagai fasilitas alam semesta. Artinya
manusia dapat memanfatkan fasilitas alam ini untuk dijadikan sarana perenungan
kebesaran Penciptanya.[22]
Pendidikan yang merupakan sarana untuk
memperoleh dan mencapai suatu disiplin ilmu (sains), yang dijalankan hendaklah
semata-mata untuk memperoleh banyak kebaikan serta keadilan yang menyentuh
seluruh aspek kehidupan yang nyata. Dengan adanya pendidikan menjadikan
kehidupan masyarakat lebih berkualitas dan berperadapan tinggi, jauh dari
praktik jahiliyah yang telah dihapus jauh-jauh oleh ajaran Nabi Muhammad 15
abad yang silam. Lebih spesifiknya lagi, kutipan diatas menerangkan bahwa
setiap individu adalah unsur mikro yang memeliki kebutuhan spiritual (agama)
yang mampu menentramkan hati nurani manusia, sebagai puncak ketenagan hidup
manusia.[23]
Sedangkan tujuan pendidikan menurut al-Ghazali
adalah “keharusan upaya mengarahkan kapada realisasi tujuan keagamaan dan
akhlak, dengan titik penekanan pada perolehan keutamaan kepada Allah, dan bukan
untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia, dan jika
tujuan pendidikan diarahkan bukan tujuan keridhaan Allah, maka akan muncul
kesesatan dan kemudharatan.”[24]
Dalam filsafat pendidikan Islam, mengenal
berbagai prinsip-prinsip yang akan mengantarkan peserta didik untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan dalam kontek keislaman. Langgulung menulis tentang
penjabaran ini dalam memajukankan sistem pendidikan menurut paradigmanya tentang
konsep sebuah proses pendidikan, proses belajar, fungsi-fungsi pendidikan,
tujuan pendidikan, metode pendidikan, alat dan media pendidikan dalam filsafat
Islam.[25]
Adapun prinsip-prinsip pendidikan yang dimaksud antara lain:
Pendidikan adalah usaha pengembangan dan
penumbuhan seluruh aspek kepribadian individu dan mempersiapkan untuk kehidupan
yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat.
Pendidikan dalam arti yang luas dan menyeluruh
seperti telah disebutkan, meliputi pendidikan yang disengaja, yang dilakukan
dan dibawah pengawasan dan bimbingan lembaga pendidikan yang diciptakan untuk
maksud dan tujuan ini juga meliputi pendidikan yang tak disengaja, melalui
lembaga-lembaga yang tidak sengaja didirikan untuk pendidikan seperti
lembaga-lembaga penerangan. Juga berlaku pada pendidikan yang muncul secara
tiba-tiba dan tidak disengaja. Oleh karena itu pendidikan adalah salah satu
proses tingkah laku, maka pendidikan memerlukan dinamisme dan kesinambungan
dari buaian sampai ke liang lahad.
Pendidikan dalam arti yang luas dan menyeluruh
bertemu dan berjalin dengan konsep-konsep dan pengertian banyak proses-proses
lain yang bertujuan merubah tingkah laku individu dan kehidupan masyarakat,
seperti proses belajar, proses pertumbuhan, proses interaksi dan perolehan
pengalaman penyesuaian psikologis sosial, jasmani, sosialis, perbaikan sosial,
prubahan sosial dan pengembangan ekonomi sosial.
Pandangan Islam terhadap pendidikan tidaklah
berbeda dari pandangan mutakhir, yang memandang pendidikan muslim yang menyeluruh,
mengajak kearah keutuhan pengalaman yang menghendaki segala sesuatu di sekolah,
diberbagai lingkungan pelajar berinteraksi dengan pendidik. Jadi pendidikan itu
bukanlah pelajaran agama atau sekedar nasihat agama, tetapi Islam juga
menekankan banyak pengertian yang bernilai pendidikan sangat penting, seperti
menganggap pendidikan sebagai proses perbaikan individu, pemulihan manusia,
proses penyampaian sianak didik kepada kesempurnaan. Selain itu pendidikan
menganggap pengamalan ibadah sebagai jalan terbaik untuk pembentukan dan
pemurnian lahir dan batin. Selain itu, mengarahkan bagaimana peserta didik
membatasi syahwat dan nafsunya, kepasrahan diri kepada Penciptanya dan sumber
kehidupannya.
Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan
merupakan upaya yang merubah keadaan semula yang tidak mengetahui apapun,
dengan adanya pendidikan akan merubah keadaan yang tidak tahu menjadi tahu,
semula tidak bisa dapat menjadi bisa, masyarakat yang berprilaku tidak baik,
menjadi masyarakat yang berperadapan tinggi, dan semula manusia tidak mengenal
Allah, maka manusia menjadi tahu dan berupaya untuk selalu menjalani aktivitas
hidupnya yang dapat membawa dirinya semakin dekat kepada-Nya.
Pendidikan Islam memiliki sumber yang jelas
dan tertera dalam aturan yang sebenarnya. Sumber pendidikan Islam tersebut
tidak dapat ditawar-menawar dengan sumber lain karena sudah ditetapkan oleh
aturan Islam itu sendiri. Adapun kedua sumber tersebut adalah al-Quran dan
as-Sunnah.
Al-Quran
Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran adalah
sumber rujukan utama yang paling berpengaruh dalam sistem pendidikan Islam.
Al-Quran merupakan mu’jizat teragung yang diterima oleh Nabi Muhammad, menjadi
penunjuk jalan yang telah disempurnakan Allah. Di dalam al-Quran telah
terpaparkan secara menyeluruh mulai dari aspek terkecil sampai pada masalah
kecangihan teknologi yang berkembang saat ini, tergangtung dengan semangat
mempelajari dan perenungan ayat-ayat Allah yang terkandung dalamnya, dan sejauh
mana kemauan manusia melaksanakan kandungannya.[26]
As-Sunnah
Begitu juga halnya dengan As-sunnah (hadits),
merupakan sumber rujukan kedua setelah al-Quran. Di dalamnya terdapat
penjelasan-penjelasan yang belum ditemukan dalam al-Quran. Sunnah merupakan
kapasitas manusiawi yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad kepada seluruh umat
yang setia pengikut ajarannya.[27]
Artinya: “Dari Abu Ruqayah Tamim Ad Daari ra.,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: agama adalah
nasehat, kami berkata: Kepada siapa?
Beliau bersabda: Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpin
kaum muslimin dan rakyatnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
DOWNLOAD JUGA RPP KURIKULUM 2013 DAN SILABUS
KURIKULUM 2013
[1]Mu’arif, Liberalisasi
Pendidikan, (Yogyakarta : Pinus Book Publisher, 2008), h. 48.
[3]Muhammad Isnaini, Pendidikan Islam Dalam Konteks Pasar dan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Jurnal Pembangunan Manusia, (Palembang:
IAIN Raden Fatah, 2010), h. 2.
[5]Ahmat D Marimba, Pengantar
filsafat pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 19.
[6]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikann
Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), cet ke-1, h.
32.
[7]Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakrya Agung,
2001), h. 20.
[8]Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu…h. 21.
[11]Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu…, h.24
[14]Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu…, h. 27.
[17]Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu…, h. 29.
[20]Abidin Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang
Pendidikan, (Jakarta : Pustaka
Pelajar, 1998), h. 134.
[22]Heri Nour Aly dan Munzier, Watak
Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung
Insani, 2003), h. 21.
[23]Ramayulis dan Nizar, Samsul,
Ensiklopedi Tokoh
Pendidikan Islam, (Jakarta: Quantum Teching, 2005), h. 13.
[25]Hasan Langgulung , Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Pustaka Al-Husnah,
1997), h. 44.
[26]Abdul Hasan Ali Nadwi,
Islam Dan Dunia, Ali bahasa: Adang
Affandi, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2008), h. 10.