PENGERTIAN HAKEKAT BELAJAR DALAM PENDIDIKAN INDONESIA
HAKEKAT BELAJAR, HAKIKAT BELAJAR, PENGERTIAN HAKEKAT BELAJAR DALAM PENDIDIKAN INDONESIA, HAKEKAT BELAJAR PENDIDIKAN INDONESIA, HAKEKAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, HAKIKAT BELAJAR, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,
PENDIDIKAN BELAJAR, KAIDAH BELAJAR, BELAJAR UNTUK MENGAJARKAN, BELAJAR AKTIF.
Kewarganegaraan
(Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas,
terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan
amanat Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan mata pelajaran
Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
Berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
Berpartisipasi secara
bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
Berkembang secara
positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
HAKEKAT BELAJAR
Pengertian belajar
menurut para ahli memiliki definisi yang berbeda-beda. Belajar adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungan. (Slameto, 1998: 6).
Belajar adalah segenap
rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran yang sifaknya sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000: 6).
Surachmad (1996: 57)
mendefinisikan bahwa belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru
terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman
edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola
perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah
ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.
Pendefinisian tentang
pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep
tentang belajar yang menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai
belajar, namun semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi
Suryabrata (1993: 249) tidak memberikan batasan secara langsung tentang
belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut belajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:
Belajar itu membawa
perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial);
Perubahan itu pada
pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru;
Bahwa perubahan itu
terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dengan demikian belajar
dapat disimpulkan sebagai aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif,
sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang mengalami
belajar. Belajar juga mempunyai arti perubahan tingkah laku yang terjadi
sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan,
atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.
HASIL BELAJAR
Menurut Chaplin,
pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah : “Hasil belajar merupakan
suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian,
keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau
melalui tes prestasi” (1992: 159).
Pendapat Chaplin di
atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan
perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang
bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau
yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk
pelajaran.
Dari hasil evaluasi
ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai
yang menunjukkan hasil belajar dari aktivitas yang berlangsung dalam interaksi
aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai
sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar
mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam
kurikulum.
Hasil belajar
Pendidikan Kewarganegaraan adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi
Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran
setelah mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya
proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan
belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi Pendidikan Kewarganegaraan
terutama kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan oleh guru. Dari hasil
evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan
dalam bentuk nilai atau angka.
METODE PEMBELAJARAN
TUTOR SEBAYA
Pengertian Metode
Pembelajaran
Menurut Seels and
Richey (1994: 32) metode pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi dan
mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran.
Dengan memahami
perbedaan karakteristik siswa, dalam proses pembelajaran, oleh guru dapat
menentukan dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, guru dapat memberikan
suatu perlakuan, dan penilaian, serta keputusan yang tepat kepada siswa,
sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan diperhatikan dalam proses
pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran
merupakan sistem yang terdiri atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan
metode, serta materi pembelajaran yang saling berinteraksi datam mencapai
tujuan. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru perlu menentukan dan memilih
metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa.
Menurut Muhibbin Syah
(1995: 190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajaran maka semakin
efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu
metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari
beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan
dicapai. Metode pembelajaran di dalam kelas selain faktor tujuan, juga faktor
murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya suatu
metode pembelajaran.
METODE TUTOR SEBAYA
Pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas merupakan sebuah proses pembimbingan terhadap siswa
dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa, mengingat kecepatan
perkembangan siswa masing-masing tidak sama. Proses pembelajaran juga harus
menempatkan siswa sebagai subyek yang memiliki keunikan dan kekhususan
masing-masing.
Heterogenitas
kemampuan siswa dalam memahami sebuah konsep sering menimbulkan masalah, antara
lain ada siswa yang sangat cepat dan ada siswa yang merasakan kesulitan tetapi
mereka segan bahkan takut untuk bertanya kepada guru. Kesulitan yang dialami
oleh sekelompok siswa tersebut dapat diatasi dengan cara menerapakan
pembelajaran dengan metode tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah
seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu
siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan
oleh teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hubungan
antar siswa terasa lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan
guru. (Surya, 1985).
Sukitno (2007)
mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar
guru membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi
sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi
dinamis antara guru dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi dinamis
antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.
Sedangkan Hamzah
(2007) mengatakan bahwa model pertemuan adalah model pembelajaran yang
ditujukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, saling
mengharga, mempunyai disiplin tinggi dan komitmen berperilaku positif.
Metode pembelajaran
yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran
individual, pembelajaran sejawat (peer instruction), dan belajar dalam kelompok
kecil. Berbagai metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas
atau kelompok. (Kunandar, 2007).
Guru disarakan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah,
yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya
yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul dan seterusnya.
(Trianto, 2007).
Teori perkembangan
Piaget memperkuat pendapat di atas, yakni perkembangan kognitif sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman
fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.
Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu menjelaskan pemikiran yang pada akhirnya
memuat pemikiran itu lebih logis. (Nur dalam Trianto, 2007).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa tutor sebaya adalah proses belajar dengan difasilitasi oleh
satu orang siswa atau lebih untuk membimbing siswa sebayanya yang mengalami
kesulitan dalam belajar sehingga interaksi antar siswa akan tumbuh dinamis,
penuh kasih sayang, disiplin, dan memiliki komitmen belajar yang tinggi. Tutor
sebaya dinamakan juga sebagai pembelajaran sejawat yang bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil.
KRITERIA DAN
KEUNTUNGAN TUTOR SEBAYA
Salah satu dari empat
pilar yang ditetapkan UNESCO adalah learning to do (belajar untuk melakukan
sesuatu). Learning to do dapat terjadi manakala siswa difasilitasi untuk
mengaktualisasikan kompetensi, bakat dan minat yang dimilikiny. Penerapan
metode tutor sebaya dalam pembelajaran akan mendukung pilar belajar tersebut,
jika siswa yang ditunjuk menjadi tutor memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Surya (1985)
menyebutkan bahwa kriteria tutor sebaya adalah:
Tutor membantu siswa
yang kesulitan berdasarkan petunjuk guru;
Siswa yang dipilih
sebagai tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan
kemampuan membantu orang lain;
Dalam pelaksanaannya,
tutor-tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun
secara kelompok sesuai petunjuk guru;
Tutor dapat berperan
sebagai pemimpin dalam kegiatan-kegiatan kelompok, dalam hal tertentu ia dapat
berperan sebagai pengganti guru.
Kuswaya Wihardit dalam
Aria Djalil (1997: 38) menuliskan bahwa “pengertian tutor sebaya adalah seorang
siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang
sama.” Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno (2004: 24) menyatakan bahwa “Metode
belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh
karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi
pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada
teman-temannya.”
Menurut Hisyam Zaini
(2001: 1) (dalam Amin Suyitno, 2004:34) langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
Pilih materi yang
memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi
pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi);
Bagilah para siswa
menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang
akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan
bertindak sebagai tutor sebaya;
Masing-masing kelompok
diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa
yang pandai sebagai tutor sebaya;
Beri mereka waktu yang
cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas;
Setiap kelompok
melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah
diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama;
Setelah semua kelompok
menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri
kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu
diluruskan.
Dari uraian tersebut
di atas selanjutnya dapat dikembangkan dalam bentuk soal yang lain untuk
dijadikan bahan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan demikian
oleh model pembelajaran ini dalam diri siswa akan tertanam kebiasaan saling
membantu antar teman sebaya.
Agar model
pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, Miler
(dalam Aria Djalil 1997:2.48) menuliskan saran penggunaan tutor sebaya sebagai
berikut:
Mulailah dengan tujuan
yang jelas dan mudah dicapai;
Jelaskan tujuan itu
kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar pelajaran matematika dapat mudah
dipahami;
Siapkan bahan dan
sumber belajar yang memadai;
Gunakan cara yang
praktis;
Hindari kegiatan
pengulangan yang telah dilakukan guru;
Pusatkan kegiatan
tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor;
Berikan latihan
singkat mengenai yang akan dilakukan tutor;
Lakukanlah pemantauan
terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya;
Jagalah agar siswa
yang menjadi tutor tidak sombong.
Tutor Sebaya merupakan
salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan siswa. Ini
merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan
mengerti dibina di antara siswa yang bekerja bersama.
Tutor Sebaya akan
merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini
membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya,
siswa juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,
berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan
tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru.
Siswa melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan
mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.
KERANGKA BERPIKIR
Metode tutor sebaya
merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, mengingat metode ini melibatkan siswa untuk berpartisipasi
langsung selama proses pembelajaran. Metode tutor sebaya meletakkan kedudukan
siswa sama tidak membedakan siswa pintar dengan yang kurang pintar. Siswa yang
pintar akan membimbing siswa lain untuk mengetahui pelajaran sehingga mudah
dipahami.
Metode tutor sebaya
diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi pokok Dampak
Globalisasi, karena siswa akan mampu berdiskusi dan memberikan pendapat
mengenai informasi terkini yang didapat dari buku, media cetak maupun
elektronik untuk memperkaya pemahaman mereka.
DOWNLOAD JUGA RPP
KURIKULUM 2013 DAN SILABUS KURIKULUM 2013